Contoh teks khutbah Jumat hari ini dengan tema menciptakan rumah tangga yang gemar shalat malam. Naskah khutbah Jumat Juni 2024 dalam artikel ini berkaitan momen banyaknya pasangan muda yang menikah menjelang bulan Muharram atau bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Dalam khutbah Jumat Juni 2024 ini akan diterangkan bagaimana umat Islam dapat meningkatkan takwa kepada Allah SWT dengan mengutamakan pentingnya shalat malam.
Khotib dapat mengingatkan kepada orang orang muslim mengajak istri dan anak anaknya untuk menciptakan kebiasaan shalat malam. Adapun contoh teks khutbah Jumat ini dapat dibacakan ketika khutbah salat Jumat hari ini, Jumat, 28 Juni 2024. Simak contoh khutbah jumat berikut ini, dilansir dari laman Pondok Pesantren Lirboyo .
Mengawali khutbah di siang hari ini, khatib berpesan kepada diri khatib sendiri dan jamaah sekalian agar senantiasa merawat dan menumbuhkan rasa takwa kita kepada Sang Pencipta. Takwa yang berarti imtitsa lul awamir wajtinabun nawahi. Berusaha sekuat tenaga menjalankan perintah Nya dan meneguhkan diri agar tidak terjatuh dalam lubang kedurhakaan. Kondisi Rumah Tangga Jennifer Coppen Sebelum Insiden Nahas Dali Wassink, Ungkit Momen Malam Terakhir Banjarmasinpost.co.id
Rumah Tangga Baim Wong dengan Paula Verhoeven Diisukan Retak, Ini kata Sang Youtubers Pos kupang.com Salah satu ikhtiar untuk merawat dan meningkatkan kualitas takwa kita adalah dengan syahrul layali, terjaga di malam hari guna mendirikan shalat malam dan bertaqarrub ilallah. Tidak terbilang jumlah ayat dan hadis yang menegaskan utamanya shalat malam bagi seorang Mukmin. Salah satunya yang khatib baca di awal khutbah:
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan.” (QS. As Sajadah: 16) Allah memuji langsung Mukmin yang mendirikan shalat malam dalam kitab suci Nya. Selain itu, Nabi agung kita—orang mulia yang maksum akan segala kesalahannya baik yang sudah lewat maupun akan datang dan telah mendapat jaminan pengampunan—mendirikan shalat malam hingga kedua telapak kakinya bengkak. Saat ditanya kenapa beliau begitu memaksakan diri padahal sudah mendapatkan ampunan? Jawab beliau simple: “Apa tidak boleh, jika aku menjadi hamba yang bersyukur?”
Malam hari adalah waktu di mana para kekasih menenggelamkan diri dalam samudera doa dan dzikir. Terutama waktu waktu mendekati subuh. Dalam masa itu terdapat waktu yang mustajab. Jika kita tahu, dua rakaat shalat di dalamnya tiada bisa dibandingkan dengan kenikmatan dunia dan seisinya, seperti ungkapan beliau Nabi Saw: “Dua rakaat yang ditunaikan di tengah malam itu lebih baik daripada dunia dan seisinya, jikalau aku tidak takut memberatkan umatku, akan kuwajibkan dua rakaat shalat malam kepada mereka.”
Agar bisa terjaga di tengah malam, kita hendaknya menjaga diri dari makanan dan minuman yang syubhat—terlebih haram. Dengan begitu, jiwa ini akan mudah bangkit dari kemalasan. Tubuh akan ringan diajak kebaikan. Selain diri kita, juga orang orang yang berada dalam tanggung jawab kita, istri dan anak anak kita. Mari ajak dan ajari mereka untuk ikut sujud rukuk di sepertiga malam, tanamkan sejak dini kebiasaan ini kepada anak, agar tercipta rumah tangga yang senantiasa menjaga dan menghidupkan nilai nilai keislaman.
Sebab, shalat malam merupakan gerbang pertama kita untuk menyongsong hari. Dari sinilah ikatan ruhaniyah seorang hamba dengan Tuhannya dibangun. Jika sudah demikian, maka harapannya adalah pertolongan, ma’unah serta bimbingan Nyalah yang selalu menaungi kita untuk mengarungi hidup. Selesai menjalankan shalat, jangan lupa baca juga al quran, sebaris dua baris, selembar dua lembar.
Resapi makna makna yang terkandung. Saat alam diselimuti kesunyian, hati akan mudah tersentuh. Hati yang keras akan melunak. Pikiran yang padas akan menjadi cair. Ada kisah menarik yang patut kita renungkan bersama, seorang yang shaleh memiliki budak perempuan yang telah ia jual. Setelah budak itu berpindah juragan, di tengah malam ia membangunkan seluruh keluarga dari juragan barunya itu, tujuannya agar melaksanakan shalat malam. “Apa ini sudah subuh?” ujar juragannya.
Si budak terheran, ia tanya balik “Apa kalian hanya menjalankan shalat fardlu?” “Iya.” Jawab juragan. Keesokan paginya, si budak pergi menemui juragan lamanya dan berujar penuh kekecewaan. “Tuanku, engkau menjualku kepada keluarga yang hanya mendirikan shalat fardlu. Tolong beli aku lagi dari tangan mereka.” Seperti itulah, meski ia hanya seorang budak, yang dalam strata masyarakat tempo dulu keberadaannya sama sekali tidak dihiraukan, namun kebaktian dan ketaatannya kepada Allah mengungguli manusia yang merdeka.
Semoga kita dan keluarga kita selalu mendapat tuntunan Nya, diberikan anugerah agar mampu bangun di malam hari. Amin. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.